Sejarah Dayah Nasof dan Pendirinya

 Pendiri Pesantren Nasof Al-Waaliyah dan Tokoh Mufti Besar Aceh


DAYAH NASOF adalah sebuah lembaga Pendidikan Agama Islam yang didirikan oleh seorang ulama besar serta mufti Aceh, yaitu Alm. Abuya Prof, Dr, Tgk. Chiek, H, Muhibbuddin Muhammad Waly Al-khalidy pada tanggal 20 Mei 2009, Lampeunerut, Aceh Besar.

     Semasa Abuya masih hidup, impian beliau dalam mendirikan dayah atau sebuah lembaga pendidikan pesantren sudah sangat lama sekali dan pada akhrinya dengan selisih bergantinya waktu, atas Izin Allah Rabbul Alamin, akhirnya impian beliau dapat terwujudkan

         Pada masa dimana dayah ini pertama berdiri, Abuya mula-mula meletakkan batu pertama dan mengadakan sedikit adat Peusejuk untuk membangun bangunan pertama, yaitu Mushalla Dayah Nasof (tempat ibadah). Dalam acara tersebut banyak diantara  masyarakat kampung yang ikut hadir dan juga beberapa para Ulama, bahkan juga dihadiri oleh beberapa orang dari Malaysia.

         
          Berkenaan dengan program pendidikan Dayah Nasof ini, beliau banyak berpesan bahwa dayah nasof ini untuk selanjutnya harus dikosentrasikan dalam bidang ilmu pal-Qur'an, terutama dalam menghafal al-Qur'an keseluruhannya. Beliau pernah berkomentar mengapa dayah ini agak sedikit berbeda dengan Dayah yang lain, dalam padandangan beliau, bahwa saat ini banyak tgk tgk dayah yang lemah mempergunakan Istidlal Al-Qur'an sebagai alat dakwah dan banyak menggunakan istidlal hukum dari kitab kuning, beliau pernah bertutur, "seluruh ayat Dalil Al-Qur'an mengandung makna Al-Ibrah lafadz La bi khususis As-Sabab, adapun Ibarat lafadz (al-Qur'an) tidak mengkhususkan sebab, artinya bahwa setiap satu ayat al-Qur'an mengandung banyak makna yang tertuju kepada beberapa bidang, seperti Tasauf, Fikih, Tekhnologi, dan lain sebagainya, tidak hanya menunjukkan kepada satu sebab saja. Maka untuk itulah perlu adanya dayah al-Qur'an dibangun kembali dan menerapkan kepada seluruh santri untuk bisa mahir dalam mempelajari al-Qur'an, baik dalam segi Nahwunya, Shorof, Mantiq, Bayan, dan terutama dalam bidang Ilmu Tafsirnya. Keadaan inilah yang menjadi sebab setting sosial bagi beliau dalam mendirikan Dayah Nasof tersebut.

         Semasa Abuya Prof masih hidup, beliau mempunyai cita-cita sangat besar terhadap Dayah yang beliau bangun, walaupun keadaan Dayah ini belum banyak diketahui oleh banyak orang namun dayah ini telah banyak merekam banyak kisah tentang abuya, mulai dari berdirinya sampai saat beliau dipanggil oleh yang Maha Kuasa. Dalam sejarah semasa beliau masih ada, dayah ini sempat menjadi pusat Musyawarah P.A dalam memperjuangakan kepemerintahan Aceh kedepan, selain itu juga dayah ini sempat digunakan oleh Majlis Pengajian para Ulama Aceh, yaitu MUNA (Majlis Ulama Naggro Aceh), selain itu, Gubernur Aceh (Tgk. dr. Zaini) dan Wakilnya (Tgk. Muzakir Manaf, Gubernur sebelumnya, Irwandi Yusuf serta istrinya juga sempat mengunjungi dayah ini dalam beberapa keperluan dengan Abuya. Tidak hanya itu, bahkan rumah ini sempat didatangi dari Tamu-yamu luar Negri baik Ulama ataupun tokoh maysarakat, seperti Mentri Malaka, Datuk Sri Ali Rustam dan tokoh lainnya. Demikian halnya dengan Tokoh dari kalangan Ulama Aceh, seperti Abu Tumin, Abu Panton, Abu Adnan Pulo, alm Abi Tantawi, Abon Mudi Samalanga, Abu Daud Zamzami Aceh Besar dan lain sebagainya.

       Dayah Nasof adalah cita-cita terbesar beliau dalam memperjuangkan Agama Islam dalam Akidah Ahlusunnah wal Jamaah kemasa depan nanti, namun cita-cita ini tak dapat terwujudkan oleh beliau karena Pada malam Selasa beliau jatuh sakit yang pada akhirnya beliau berpulang ke Rahmatullah pada malam Rabu, Maret, tanggal 22, tahun 2012 di rumah sakit Fakinah, jam 09;30 malam.

         Saat ini  Dayah Naosf terhenti harapan dari alm. Abuya Muhibuddin Waly, namun walaupun begitu kenyataannya Dayah ini tetap akan berlanjut sampai hari kiamat nanti, saat ini Dayah Nasof dipimpin oleh anaknya dari istri kedua beliau, Umi Hj. Salmiaty, yang bernama Tgk. Habibie Muhibbuddin Muhammad Waly.

           Dayah Nasof tetap akan menjadi kenangan selama-lamanya, abuya sangat berharap agar dayah ini menjadi dayah yang kuat dalam mendalami pelajaran al-Qur'an, menghafal dan juga mempelajarinya dengan peninjauan dalam segala ilmu pengetahuan, termasuk ilmu dayah. sebelum meninggal beliau berpesan bahwa dayah ini harus menjadi tempat sulok bagi masyarakat dalam setiap bulan puasa khususnya.

           Dayah Nasof memiliki arti khusus "Na" dalam kata Nasof merujuk kepada salah seorang nama anak Perempuan kesayangan beliau yang perempuan, Nadia Muhibbuddin Waly, dan "Sof" dinisbahkan kepada adiknya yang perempuan juga, yaitu Sofia Muhibuddin Waly, kedua-duanya meninggal karena tsunami yang terjadi pada tahun 2004 silam, saat ini beliau meninggalkan 2 anak dari istri kedua, yaitu Tgk. Habibie M. Waly dan Maulana M. Waly. sedangkan dari pertamanya beliau meninggalkan 5 orang anak, yaitu Taufiq M. Waly, Hidayat M. Waly, alm. Rahmat M. Waly, Wahyu M. Waly dan Amal M. Waly. 



SIAPA ABUYA MUHIBBUDDIN WALY ?

          Abuya Prof, yang biasa digelari oleh masyarakat Aceh memiliki nama asli, yaitu Abuya Prof, Dr, Tgk, Chiek Muhammad Waly Al-Khalidi As-Syafii. yang beliau dilahirkan di Simpang Baru, Padang Kota, 17 Desember 1936. Nama Ayah beliau adalah Syekh Tgk. Muhammad Waly Al-Khalidi bin Muhammad Salim bin Malim Palito. 

         Mengenai Riwayat Pendidikan, beliau semasa kecil telah banyak meimba ilmu ke-Agamaan dari Ayahnya, dalam keterangan masyarakat kampung, termasuk masyarakat Aceh Selatan, Ayah beliau adalah seorang ulama besar di seluruh Aceh bahkan ada yang mengatakan dari sebahagian lidah masyarakata masa itu bahwa ayah beliau adalah seorang Wali Kutub, yaitu hamba Allah yang mendapatkan ke-istemaan dari Allah. selanjutnya, beliau juga banyak menimba ilmu di luar daerah, seperti Mesir, Makkah bahkan di beberapa tempat sekitar wilayah Indonesia, seperti Jakarta dan tempat-tempat lainnya. Pendidikan Terakhir beliau adalah Seorang Doktor Ilmu Pengetahuan Fikh Al-Islamiyah, Al-Azhar Kairo, thn. 1970.

            Abuya Prof selain banyak belajar beliau juga banyak mengajar dibeberapa tempat, dintaranya beliau pernah menjadi guru besar Dayah Labuhan Haji Aceh Selatan (pondok pesantren milik ayahnya sendiri) pada tahun 1988-1990, seorang guru besar Fakultas IAIN Syarif Hidayatullah, 1973-1975, Dosen terbang Universiti Islam Antar Bangsa, Kuala Lumpur thn. 1991, Guru pengajar kitab Al-Hikam di Masjid Raya al-Istiqlal, Jakarta, thn. 1972, dan dibeberapa tempat lainnya.

         Abuya juga banyak berkencumpung di beberapa organisasi Nasional, seperti Wakil Dekan Bidang Akademis, Faultas Syari'ah, IAIN Syarif Hidayatullah pada tahun 1973-1975, Wakil Rektor Biadang Akademis, Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an (PTIQ), Jakarta pada tahun 1971-1974, Pengurus Besar Syufiah NU, Anggota Masjlis Syura Pusat PPP, Pengurus Pusat PGRI Jakarta, Pemimpin Majlis Dakwah Islamiyah (MDI) Indonesia, Penasihat Persatuan Atbiyah Islamiyah Aceh, Dosen Islamologi dan Hukum Islam Jakarta, Anggota badan Sensor Film, Jakarta, Staff ahli mentri Koprasi, Penasehat Ahli Kerohanian Deriksi Pertamina Pusat, Anggota Panitia Perumus Kebijaksaandan Evaluasi dan Pertimbangan dan Perikanan dan kosmetik Alat kesehatan RI, Ketua Ikatan Ahlusunnah Wal Jamaah Indonesia, Pengurus Lembaga Pendidikan Al-Qur'an Jakarta, Anggota Dewan Pertimbangan Agung DPA-RI, Guru Besar pengajian Masjid Raya Baitur Rahman, Aceh, Penasihat MUNA (majlis ulama nanggro aceh Darussalam), Pimpinan Majlis As-Shunniyah (organisasi Ahlusunnah wal Jamaah Aceh) dan masih banyak lagi riwayat beliau dalam berkencimpung di dunia ilmu ke-lembagaan atau organisasi.
 
          Selain itu, beliau juga banyak bersahabat dengan tokoh-tokoh besar Nasional dan Internasional. Adapun Tokoh Nasional-nya   seperti Presiden Sukarno, Presiden Suharto, Presiden Bj. Habibie, Presiden Abdur Rahman Wahid (Gusdur), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Pemimpin GAM alm Hasan Tiro, Pemangku Wali Tgk. Malik Mahmud Al-Haytar, dan lainnya, dan adapun dari tokoh Internasionalnya adalah Mentri Malaka, Datuk Sri Ali Rustam, Mufti Kerajaan Malaysia, para  Dosen-dosen dari Universitas Malaysia.

      Pendidikan telah banyak berjasa dalam dunia Dakwah, beliau sempat diberikan gelar oleh masyarakat kampung Aceh Utara sebagai Tgk, Chiek, yaitu guru besar dalam bidang ilmu Agama. Maka dengan nama itulah, tidak heran masyarakat dari beberbagai pemerintahan ikut meminta arahan dari beliau, termasuk PA saat itu. Beliau tidak dikenal sebagai Ulama yang hanya berkecimpung dengan nuansa dayah atau pesantren tetapi beliau juga melebarkan dakwah islamiyah ke segala titik-titik pemerintahan, baik Nasional dan Internasional.  

       Dayah ini diajarkan beberapa sub bidang ilmu pengetahuan Agama Islam, Seperti Akidah Tauhid Sifat 20, Fikih, Al-Qur'an, Ilmu Tasauf, Hadist dan lain-lainnya dalam ranah Qiraah kitab kuning. Dayah ini didirikan untuk para generasi masa depan dalam memperjuangkan Agama islam secara kaffah keseluruh Aceh dan pada khususnya adalah menyeberkan dan memperkuat Akidah Ahlusunnah Wal Jamaah.

Penulis :
Tgk. Habibie Muhibbuddin Muhammad Waly S.Th

0 komentar:

Posting Komentar